Delik28 – Banjir barang impor dituding menjadi penyebab sepinya Pasar Tanah Abang sang penyandang predikat Pusat Grosir Terbesar di Asia Tenggara yang terletak di Jalan KH Fachrudin Kelurahan Kampung Bali, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Lorong-lorong kios pasar tampak lenggang, hanya barang dagangan di beberapa kios yang dipajang menjorok ke depan memenuhi jalan tanpa ada lalu lintas pengunjung yang terganggu oleh rak dan etalase pakaian tersebut.
Menurut informasi didapat dari beberapa pemilik kios, pasar ini sepi semenjak terjadi pandemi Covid-19, “Sejak pandemi corona hingga kini pasar menjadi sangat sepi, kecuali pada saat memasuki bulan Puasa dan Lebaran. Setelah itu, kembali sepi seperti sekarang ini,” ungkap Akbar Januar, ditemui di kiosnya, Sabtu (2/11/24).
Akbar yang sudah belasan tahun berjualan di pasar tersebut mengaku omzetnya terus menurun, “Bahkan bisa dikatakan omzet penjualan kami terus menurun drastis dari tahun ke tahun,” imbuhnya.
Ditanya apa penyebabnya, menurutnya karena banjirnya barang import dengan harga relatif murah dan makin maraknya penjualan online yang tak bisa dibendung.
“Mengenai barang impor sebetulnya pemerintah harusnya bisa mengatasi, namun terhadap pasar online, menurut saya siapapun tidak mungkin sanggup mengatasinya karena tidak mungkin membendung derasnya arus informasi di jagat maya,” ungkap Akbar, yakin.
Menurutnya, masuknya barang import dengan harga murah menyebabkan produk Dalam Negeri sangat sulit untuk bersaing, ditambah dengan persaingan pasar online yang memanjakan masyarakat pembeli dengan duduk manis di rumah dan barang diantar sampai depan pintu. Akibatnya, satu persatu kios kami tutup karena tidak sanggup lagi memperpanjang sewa.
Para pedagang berharap Presiden Prabowo dan Kabinetnya yang baru dapat memperhatikan fenomena ini dan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan daya beli yang semakin membaik. (Nanda)