Delik28 – Dewan Kehormatan Aliansi Insan Pers Bogor Raya (AIPBR), Nelson Sihotang SH., M.Hum, angkat bicara terkait pernyataan yang menghebohkan publik, dimana mantan Bupati Bogor Ade Yasin disebut sebagai perempuan hebat oleh Rudy Susmanto yang diunggah dalam Tiktok akun pribadi Calon Bupati nomor urut 1 tersebut.
Pernyataan yang menuai kritik tajam dari berbagai pihak tersebut tak kurang muncul dari Nelson Sihotang yang menilai bahwa label perempuan hebat harus memiliki dasar yang jelas, bukan hanya didasarkan pada opini pribadi tanpa memperhatikan rekam jejak kepemimpinan dan tindakan seseorang,” ungkapnya Selasa (1/10/24).
“Memberikan label perempuan hebat itu harus ada dasarnya, jangan asal bicara. Apalagi jika yang memberikan pernyataan adalah seorang calon Bupati, seharusnya lebih hati-hati dalam mengeluarkan statement di depan publik bahkan dishre diTiktok akun pribadinya, Kualitas seseorang akan terlihat dari cara dia berbicara dan menilai orang lain,” ujar Nelson dalam keterangan resmi yang dirilis oleh AIPBR.
Nelson menegaskan bahwa sebutan perempuan hebat bukanlah hal yang bisa disematkan begitu saja, apalagi kepada seorang pemimpin yang terbukti terlibat dalam kasus korupsi, “Ade Yasin, selama masa kepemimpinannya, dan atas dasar kajian akedemik apa mantan koruptor bisa dibilang sebagai perempuan hebat, bahkan saat masa kepemimpinannya Ade Yasin tidak berhasil menyelesaikan berbagai proyek besar yang diharapkan membawa dampak signifikan positif bagi masyarakat Bogor. Proyek-proyek seperti Cibinong Beauty dan pembangunan Hotel Sayaga yang menghabiskan anggaran ratusan miliar rupiah hingga saat ini masih mangkrak dan tidak jelas hasilnya. Uang rakyat sudah habis, tapi manfaatnya belum dirasakan oleh masyarakat,” tambahnya, geram.
Lebih jauh, Nelson menjelaskan bahwa gelar hebat harus diberikan berdasarkan kriteria yang jelas. Menurutnya, seorang wanita yang layak disebut hebat harus memiliki pencapaian nyata yang berkontribusi positif terhadap masyarakat, memiliki kekuatan mental dan emosional, mampu memimpin dengan baik, berintegritas tinggi, dan mengedepankan kepentingan orang banyak, bukan memperkaya diri sendiri melalui tindakan korupsi.
“Hebat itu bukan hanya soal memegang jabatan tinggi, tapi soal bagaimana menggunakan kekuasaan untuk kebaikan bersama. Seorang pemimpin yang korup, apalagi sampai dipenjara, jelas tidak memenuhi kriteria tersebut. Dalam konteks ini, Ade Yasin jauh dari predikat hebat, karena tindakan korupsinya tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga merusak kepercayaan masyarakat yang telah memberinya mandat untuk memimpin Kabupaten Bogor,” paparnya.
Ia juga menyinggung kinerja DPRD Kabupaten Bogor selama lima tahun terakhir, yang dinilai tidak memberikan hasil signifikan dalam pengelolaan anggaran daerah, “Apa yang kita lihat selama ini? Pendidikan di Kabupaten Bogor saja masih memprihatinkan. Dimana hasil pengelolaan anggaran yang mereka buat? Bukankah seharusnya DPRD juga ikut bertanggung jawab dalam mengawasi penggunaan anggaran?,” ujarnya.
Pernyataan Nelson ini menjadi sorotan, terutama karena ia secara tegas meminta media khususnya yang tergabung dalam AIPBR untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan berita, serta mengkritisi tokoh-tokoh yang memberikan pernyataan tanpa dasar kuat, “Kita semua harus belajar untuk lebih cermat dalam memilih kata-kata. Apalagi yang berbicara adalah tokoh publik atau calon pemimpin, kualitas seseorang akan tercermin dari bagaimana mereka menilai orang lain. Jangan asal bicara tanpa dasar yang jelas, karena masyarakat akan menilai kualitas dari pernyataan yang dilontarkan”.
“Terkait polemik pernyataan perempuan hebat ini menjadi pengingat bagi publik, bahwa memberikan label atau pengakuan dan mengundang tamu kehormatan (mantan Napi koruptor) kepada seorang tokoh tidak boleh dilakukan sembarangan. Pemimpin sejati adalah mereka yang memimpin dengan integritas, tanggung jawab dan mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi. Bagi seorang pemimpin yang terbukti korup, apapun pencapaiannya akan ternodai oleh tindakannya yang merugikan publik. Media dan para tokoh harus lebih bijak dalam memberikan pengakuan dan menyebarkan informasi, agar tidak menyesatkan masyarakat dan menjaga integritas mereka di mata publik,” pungkasnya. (Aipbr/Red)