Delik28 – Hujan deras menyebabkan Kali Kaungluwuk meluap mengakibatkan 1 unit rumah warga dan SDN Kaungluwuk Cijeruk serta MTs Ma’arif, rusak berat dihantam banjir di kaki Gunung Salak, Kampung Kaungluwuk, Desa /Kecamatan Cijeruk, Kabupaten SDN Kaung Luwuk Cijeruk, dan MTS Ma’arif, Jumat (14/3) siang sekira pukul 13.00 Wib.
Tokoh Pemuda dan aktivis warga Cigombong Bogor Selatan, Al Haidar angkat bicara terkait musibah bagi warga terdampak tersebut.
Menurut pemilik nana asli Hendra Sudrajat SH ini, faktanya banjir bukan hanya terjadi di Puncak Gunung Gede, di Kaungluwuk Cijeruk Gunung Salak pun sama harus ditanggulangi karna penyebabnya hampir sama dan faktor nya pun sama, beda nya itu Gunung Gede dan ini Gunung Salak yang dirusak oleh tangan tangan manusia rakus. Hal ini harus ditindak lanjut dengan pembebasan lingkungan hidup mengembalikan alam Gunung Salak agar kembali hijau dengan kembali ditanam tanaman penyerap air pencegahan banjir, bukan malah di tanami bangunan bangunan dan vila vila.
“Mereka sudah terlanjur merusak, insyaa Alloh kami siap memperbaiki dengan menanam pohon, namun dalam hal ini pemerintah harus terlebih dahulu mbongkar bangunan-bangunan dan membebaskan serta mengembalikan tata ruang Gunung Salak kembali ke aslinya, agar banjir tidak hanya berhenti di puncak dan terus berlangsung di Kaungluwuk Cijeruk,” ungkapnya.
“Banjir Kaungluwuk merupakan musibah bagi masyarakat korban, dan tentu saja ada korban pasti ada pelakunya dan pelakunya adalah mereka yang serakah yang terlalu mengeksploitasi alam di bagian hulu dengan pembangunan proyek-proyek yang kalau diakumulasi mungkin luasnya sama dengan Hibisc di Puncak,” ungkap Al Haidar.
Menurutnya, sama seperti Hibisc Cisarua, pelaku kesalahan terjadi bukan hanya cukong berduit tapi juga pemangku kebijakan yang tergiur dengan nominal perizinan dikolong meja.
“Pelaku keserakahan bukan hanya pemilik duit tapi juga pemilik kebijakan yang dengan mudah memberikan izin karena tergiur nominal yang akan diterimanya di kolong meja. Maka saya menghimbau kepada pemerintah daerah kabupaten Bogor dan Jawa Barat, agar membuka mata dan melihat kejadian di Cijeruk ini. Pemerintah harus tegas menghabisi praktek-praktek kotor yang merusak alam dan lingkungan yang telah nyata terbukti mengorbankan masyarakat banyak,” pungkas Direktur LBH Pendekar tersebut.
Diketahui, peristiwa serupa juga terjadi pada Mei 2024 lalu, namun kali ini lebih parah dari sebelumnya. Hari biasa pun bukan tanpa banjir, karena air sudah biasa meluap ke jalan raya, dan bedanya biasanya air tersebut relatif jernih, dan banjir kali ini airnya keruh berwarna coklat. (DidiS).