Delik28/Cianjur – Paguyuban Teh Lestari adalah sertifikasi yang ditunjuk kepada petani dan UMKM dengan harapan bahwa bisnis yang dijalankan dapat berkelanjutan, baik dalam hal finansial, ekologi serta produk yang dihasilkan memiliki kualitas baik, demi keberlanjutan bisnis mereka.
Teh nDeso menjadi brand yang mewakili semangat petani teh untuk maju, dan juga sebagai bentuk dukungan konsumen untuk meningkatkan konsumsi teh dalam negri khususnya teh yang diproduksi petani, Teh nDeso, Teh Juwara, merupakan unit usaha dari Paguyuban Tani Lestari.
Sebagai keuntungan dari penjualan Teh nDeso untuk pemberdayaan petani, Teh Indonesia dan untuk perbaikan teh rakyat, hingga terciptanya produk teh yang berkualitas bagi konsumen.
“Kami, Paguyuban Petani Teh Lestari mengucapkan terimakasih kepada Tim PCU SOLIDARIDAD dari luar Negri yang terdiri dari 3 negara yang berbeda yaitu: Swedia, Kenya dan Zimbawe, telah datang ketempat kami dan saya ucapkan selamat datang,” ungkap Ketua paguyuban petani Teh lestari, Waras Paliant, Kamis (6/3).
Perlu diketahui Paguyuban Petani Teh Lestari ini berdiri sejak tahun 2016 atas inisiasi dari bisnis city Indonesia kami disupot oleh Businss west indonesia (BWI), disupot oleh Solidarided cikal bakal terbentangnya.
“Paguyuban Petani Teh Lestari itu adalah forum petani peduli giji di tahun 2013 kita telah melaksanakan berbagai kegiatan di Takokak, juga dibeberapa kabupaten. Di Takokak diantaranya kita membangun Pustu di Desa Sukagalih kecamatan Takokak kabupaten Cianjur. Kita juga membangun pojok laktasi di Puskesmas Takokak dan masih banyak hal lain termasuk peningkatan kapasitas bagi anggota dengan melakukan pelatihan nutrisi,” imbuhnya.
“Kami sampaikan bahwa Paguyuban Petani Teh Lestari ini memiliki anggota kurang lebih 30 ribu orang petani dan menjadi tersebar di 14 kabupaten, 11 kabupaten ada diJawa Barat. Kemudian 3 kabupaten ada di Jawa Tengah, ada kabupaten Batang, kabupaten Banjarnegara. Ada juga di kabupaten Pekalongan. Kalau di Jawa Barat ada di kabupaten Sukabumi, Cianjur, Bandung Barat, Purwakarta, Tasik Malaya dan lain sebagainya itu tersebar,” terang Waras.
Lebih lanjut, fokus dari Paguyuban Petani Lestari adalah bagimana agar anggotanya tetap eksis untuk meningkatkan kesejahteraan petani,” Kita tahu bahwa petani teh termasuk luar lahan areal tanaman teh dari tahun ketahun itu mengalami penyempitan komoditi marjinal. Harapan kami sebagai anggota yang terlibat dalam Paguyuban Petani Lestari itu tetap fokus terhadap tanaman teh, bagaimana kita berupaya untuk meningkatkan kegiatan mereka. Kita juga terlibat dengan kegiatan-kegiatan yang memberikan manfaat untuk petani, termasuk juga kita berkolaborasi dengan pemerintah”.
Diketahui, tahun 2017 paguyuban Petani Lestari diundang untuk audiensi dengan Kementrian Perindustrian dan Perdagangan, dan mendapatkan bantuan 5 unit mesin pengolah teh yang distribusikan ke 5 kabupaten yaitu: kabupaten Cianjur, Garut, Pekalongan, Bandung dan Purwakarta. Sehingga saat ini Paguyuban Petani Lestari melaksanakan kegiatan di perkebunan rakyat dari hulu hingga hilir, diantaranya memasarkan produk hasil dari petani.
“Salanjutunya, kita bren Teh Juwara dan Teh nDeso, kemudian yang ke-2 Paguyuban Pertani Lestari, ada mikropeuneur perempuan mereka ujung tombak kami untuk melakukan kegiatan pemasaran Teh Paguyuban Petani, kegiatan mikropcuneur ini sudah berjalan di tahun 2020. Tetapi karena ada covid-19 pada sast itu sempat berhenti aktivitas pemasarannya, namun kini, mereka telah mendapatkan tambahan penghasilan, misalnya ketika mereka mampu menjual 500 bungkus saja berarti ada tamhan pendapatan 300-400 ribu rupiah,” terang Waras.
Dengan adanya kunjungan dari PCU Solidaridad ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi semua pihak dan mendapatkan nilai-nilai kebaikan yang meningkat.
Sebelumnya Mr. Nathaniel Seth Tallvik dari Swedia mengucapkan terimakasih atas penyambutan yang sangat luar biasa, dimana ini untuk pertama kalinya ke Indonesia namun terasa berada di rumah sendiri walaupun rumahnya sangat jauh.
“Kalau di negara Kenya, lahan perkebunan dimiliki bapak-bapak, sedangkan ibu-ibu terlibat dalam kegiatan pertanian perkebunan teh sebagai pemetik, belum sampai keranah marketing seperti Ibu-Ibu di mikropcuneur perempuan petani Indonesia,” tetang Mr. Nathaniel Seth Tallvik.
Senada dengan Mr. Nathaniel Seth Tallvik, Mrs. Hellen wangsul wanjiru menuturkan kegiatan di Kenya pada umumnya. Menurutnya, sebagai pemetik, kaum ibu juga terlibat dalam program memajukan sektor teh dan juga merangkul semua orang. Mereka membentuk special city dimana tehnya khusus dipetik dari 1 kebun. Ibu-ibu di Kenya juga terlibat dalam proses selanjutnya seperti produksi dan pemasaran. Jadi sama di negara Kenya, melakukan hal-hal yang sama membuat teh yang istimewa.
Hal senada dikatakan Mrs. Croline Ndumi Mbiteh, di Zimbawe menerangkan hal yang hampir sama sistem pengolahan dan pemasarannya seperti di Kenya dan Indonesia.
Diketahui, Jaringan Solidaridad adalah organisasi masyarakat sipil internasional yang didirikan pada tahun 1969. Tujuan utamanya adalah memfasilitasi pengembangan rantai pasokan yang bertanggung jawab secara sosial, ramah lingkungan dan menguntungkan.
(ES Dongker /Editor: DidiS)