Delik28 – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dinilai tidak cocok diberlakukan di MTs Nurul Hasanah, beralamat di Kp Cicukang RT.01/01 Desa Sindangraja, Kecamatan Curug Kembar, kabupaten Sukabumi, Jawa Barat ini, mengingat kondisi bangunan sebagai sarana dan prasarana pendidikan, termasuk kategori sebagai Sekolah Tidak Layak Pakai.
Sebagaimana dikatakan pihak komite sekolah yang berhasil ditemui, Enang yang angkat bicara terkait program pemerintah pusat berupa makan bergizi gratis (MBG), “Sesuai dengan seruan dari Persiden Prabowo yang mengharuskan pola hidup bersih dan sehat, menjadi paradox karena selain bangunan atau sarana prasarana sekolah di sini, MCK pun sudah sangat tidak layak,” ungkap Enang.
Enang juga mengatakan semangat Kang Dedi Mulyadi (KDM) sebagai Gubernur Jabar terpilih yang memprioritaskan bidang pendidikan, sepertinya harus turun ke banyak wilayah di Sukabumi, sepert ke MTs Nurul Hasanah ini.
Senada dengan Komite Sekolah, Deden selaku tokoh masyarakat mengapresiasi program MBG, namun menurutnya, apalah guna program makan sehat bergizi apabila sarana prasarana pendidikan amburadul.
“Maka, saya berharap benahi dulu sarana prasarananya, agar kegiatan belajar-mengajar nyaman dan menghasilkan kualitas pendidikan yang memadai,” ungkapnya singkat.
Sekolah dengan jumlah siswa 312 orang dan memiliki guru pengajar 26 orang tersebut tampaknya jauh dari kata layak dan bahkan termasuk sebagai Sekolah Tidak Layak Pakai untuk mengadakan kegiatan belajar mengajar.
“Terakhir kami dapat bantuan dari Pemerintah Provinsi pada tahun 2010 dan selainnya kami tidak pernah mendapatkan bantuan pembangunan ataupun perbaikan gedung atau ruang kelas. Ke Kemenag Pusat dan Provinsi kami sering mengajukan proposal namun hingga saat ini belum ada satu pun yang terealisasi,” ungkap Yahya Nuraha selaku Kepala Sekolah ditemui di ruang kerjanya, Jumat (14/2) .
“Mengenai kondisi terakhir, bapak bisa lihat sendiri, di beberapa bagian sudah lapuk bahkan ada yang sudah terlepas karena tidak kuat dimakan usia. Genting pun sebagian sudah tidak ada karena dudukannya sudah tidak kuat menahan,” imbuh Yahya.
Yahya berharap perhatian yang lebih serius dari semua pihak terkait kondisi sarana prasarana untuk kegiatan belajar mengajar ini. Pasalnya 4 ruang kelas ambruk dan 4 ruang kelas lainnya sudah tidak layak untuk digunakan kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa tidak fokus dalam belajar karena waswas dan hawatir tertimpa bangunan yang sudah sangat lapuk.
“Untuk menjaga keselamatan siswa siswi dan juga agar fokus dalam belajar tidak ada rasa cemas, akhirnya kami memutuskan kegiatan belajar mengajar dilakukan di ruangan terbuka yaitu lapangan sekolah. Namun dengan kondisi musim hujan seperti saat ini, kegiatan belajar mengajar sering kali terganggu dan akhirnya dibubarkan sebelum jam pulang sekolah,” ujarnya. (Dongke/Editor: DidiS).